4 Pesan Sukses dari Perjalanan Karir Chef Juna, Ia Pernah Sekolah Pilot

Perjalanan karir chef juna

Berdiri tegak dengan tangan berpangku di depan, dagu diangkat sedikit, kritik pedas. Merupakan beberapa karakteristik Chef Juna yang paling mudah diingat. Terlebih saat ini popularitasnya kembali mencuat karena menjadi juri Master Chef Indonesia lagi yang membuat menarik untuk mengulas perjalanan karir Chef Juna.

Banyak orang melihatnya tidak hanya sebagai koki andal berkelas internasional tetapi juga sebagai sosok pria idaman kaum hawa, sudah barang tentu kaum sosialita mah bakal dibikin meleleh saat melihat ketampanan pria yang cekatan tangani masalah dapur ini.

Perjalanan Karir Chef Juna

Di balik semua popularitasnya saat ini, ternyata banyak lika-liku perjalanan yang menarik untuk disimak dari Junior John Rorimpandey. Pria kelahiran Manado, 20 Juli 1975 ini sebelumnya mengaku pernah menjadi seorang siswa yang bandel saat belia pada salah satu acara talkshow di saluran televisi swasta.

Usia sweet seventeen-nya ternyata tidak semanis seperti istilah itu sendiri. Seorang Juna muda pernah membentuk sebuah geng yang cukup besar dengan iringan moge bersama teman-temannya. Saat itu gengnya bernama ‘Bad Bones’, tak terbilang kriminal hanya saja ia sering kali iring-iringan dengan Harley Davidson bersama teman-teman SMA-nya.

Masa mudanya bisa dibilang cukup keras dibanding remaja seusianya. Bayangkan saja, di usia remajanya ia pernah diculik, dianiaya, bahkan nyaris menemui ajal. Seperti yang Amor Lovers sering lihat, tato di badannya tidaklah dibuat sekarang-sekarang, melainkan saat ia berusia 15 tahun.

Pasca usia SMA, ia sempat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi dengan konsentrasi perminyakan sekitar tiga tahun lebih. Ia menceritakan sendiri bahwa kuliahnya tidak selesai karena merasa dirinya terlalu bandel.

Meski demikian, Juna muda belum menyerah dengan keadaan dirinya yang sulit mengendalikan darah mudanya itu. Pada tahun 1997, ia memutuskan untuk menjelajahi dunia lain demi menggali potensinya dengan memulai kehidupan baru di luar negeri dengan bekal alakadarnya hasil penjualan motor kesayangannya.

Siapa sangka ternyata di Brownsville, Texas, Amerika Serikat Juna muda berhasil menyelesaikan sekolah penerbangan alias pilot.

Belum selesai di situ, mengingat seorang pilot profesional harus mengenyam level selanjutnya dengan lisensi tertentu. Maka Juna muda berniat menjalani tahap selanjutnya untuk mendapatkan lisensi komersil seorang pilot. Tak dinyana saat itu sekolahnya tempat ia belajar mengalami kebangkrutan, menyebabkan ia harus pindah ke Houston untuk menyelesaikan semua tahapannya.

Sayangnya, saat itu Indonesia sedang dilanda krisis moneter yang terjadi tahun 1998, berakibat pada pembiayaan kuliah Juna muda yang harus terhenti. Ia pun harus bertahan hidup sendirian di negeri perantauan.

Titik Balik Kehidupan Chef Juna

Gelar “Chef”-nya saat ini sebetulnya dapat dikatakan bukan sebuah kesengajaan. Ia sendiri yang menceritakan bahwa dirinya hanya berusaha bertahan hidup dengan mencoba mencari pekerjaan bidang apapun tanpa pandang bulu. Kebetulan saat itu pekerjaan yang ia dapatkan adalah menjadi seorang pelayan restoran Jepang di negeri Paman Sam. Melihat ketekunan dan kedisiplinan seorang Juna muda, salah satu kepala koki di sana tertarik dengan sosok karyawan asal Indonesia tersebut. Kemudian Master Sushi di restoran Miyako itu menawarkan Juna muda untuk mengikuti pelatihan khusus agar menjadi koki yang profesional, khususnya seputar masakan Jepang. Sebagai kekaguman pihak restoran padanya, ia dibantu untuk menjadi seorang warga tetap Amerika Serikat. Perlu diketahui, saat ia bekerja sebagai karyawan restoran masih menyandang warga negara ilegal karena keresidenannya belum diperpanjang.

Menakjubkannya, hanya dalam kurun waktu kurang dari empat tahun tepatnya tahun 2002, koki yang terkenal dengan komentar pedas ini berhasil menduduki posisi kepala koki di restoran tempat ia belajar. Bukan menggeser posisi Sang Master, namun memang saat itu Master Sushi di tempatnya bekerja telah pindah tempat bekerja. Sehingga, tak perlu waktu lama pihak restoran mengangkat Chef Juna sebagai Master baru di restoran Jepang tersebut.

Lonjakan prestasinya tak hanya berhenti di situ, ketika ia diterima sebagai kepala koki eksekutif di restoran sushi nomor wahid, Uptown Sushi di Houston.

Seolah begitu menikmati dunia dapur dan selalu ingin mendalami pengalaman lebih, Chef Juna memutuskan untuk pindah ke dapur restoran lainnya. Sekiranya ia bisa mendapatkan pengetahuan baru dan resep masakan yang belum ia kenal sebelumnya.

Akhirnya, ia memutuskan untuk pindah ke French Laundry. Meski namanya mengandung kata “laundry” tentu saja bukan tempat jasa cuci pakaian, masa iya Chef Juna melamar jadi tukang laundry. He..he..

Tentu saja ini merupakan nama salah satu restoran terkenal dengan hidangan Prancis berstandar tinggi.

Dalam situasi ini, koki tampan ini harus belajar lagi dari awal mengenai resep dan cara menghidangkan masakan. Namun, justru inilah yang menjawab kejenuhannya selama bertahun-tahun menghidangkan masakan Jepang.

Masalah kerja keras, bukan lagi sesuatu hal yang baru bagi Chef Juna. Ia pun secara bertahap mulai memahami cara menghidangkan berbagai masakan Prancis. Paling tidak ada tiga prinsip masakan Prancis harus dikuasainya yaitu enak, bergizi dan plating yang cantik.

Setelah kurang lebih 12 tahun ia menimba pengalaman di luar negeri, khususnya sebagai koki andal. Ternyata ia merindukan tanah airnya juga. Sehingga ia memutuskan untuk berlibur ke Indonesia beberapa bulan yang pada akhirnya membuat ia benar-benar ingin menjadi WNI kembali. Keyakinannya semakin mantap saat sahabatnya mengajak bisnis restoran di Indonesia.

Setelah mengulas histori chef tampan yang penuh lika-liku tantangan ini, tak heran apabila komentarnya pada peserta ajang pencarian bakat memasak terbesar di dunia, MasterChef Indonesia sering kali terdengar cukup pedas.

Kalau Amor Lovers sering menonton acaranya, pasti pernah mendengar pernyataan Chef Juna saat mengomentari hidangan yang disajikan peserta. “Kamu punya sendok gak di rumah? Kamu pakek itu sendok buat ngerok lidah kamu, biar kamu tahu mana rasa makanan yang bener.” Kira-kira demikian salah satu bunyi komentarnya.

Ketegasannya saat berkomentar di acara tersebut tak lepas dari pelatihannya sebagai koki andal di luar negeri. Khususnya ketika ia bekerja di restoran makanan ala Prancis, mengingat di sana hal sekecil apapun mengenai kekecewaan pengunjung restoran akan selalu dikaitkan dengan pekerja dapur.

Baca juga: 15 Cara Menjadi Diri Sendiri dan Percaya Diri dengan Ukuran yang Jelas

4 Pesan Sukses dari Perjalanan Karir Chef Juna

Seringnya diundang pada beberapa acara talkshow mencerminkan bahwa pakar masakan Jepang dan Prancis ini memiliki perjalanan yang inspiratif dari perjalanan karir Chef Juna bagi masyarakat luas. Berikut ini beberapa pesan sukses dari Chef Juna.

1. Jangan Mengabaikan Kesempatan demi Passion

“Ah, ini bukan passion saya.” Mungkin kalimat ini sering kali diucapkan orang ketika menolak suatu pekerjaan. Padahal tidak selalu bekerja di luar passion itu membosankan, hal ini telah dibuktikan oleh Chef yang pernah menginjakkan kakinya di gunung Himalaya ini. Bagaimana tidak, ia berangkat dari seorang penggemar moge, sekolah perminyakan dan penerbangan. Ketika ia mendapatkan kesempatan untuk belajar dari seorang master koki di tempatnya bekerja, maka ia langsung mengambil kesempatan emas itu tanpa pikir panjang.

2. Komitmen dan Kerja Keras setelah Mengambil Kesempatan

Ketika diwawancarai oleh pembawa acara di salah satu talkshow televisi, Chef Juna mengatakan, “Saat itu, saya pikir ini satu kesempatan yang diambil dengan usaha maksimal karena saat ini pendapatan untuk bertahan hidup dari sini.” Kira-kira seperti itu perkataannya.

3. Jangan Cengeng saat Bekerja

Bekerja di dapur bukan berarti bisa jauh dari bahaya, Chef Juna pernah mengalami kecelakaan dapur ketika ia mengambil blender tangan. Dua jarinya cedera mengakibatkan ia harus dilarikan ke rumah sakit, dengan identitasnya yang masih warga asing ilegal saat itu ia belum mendapatkan asuransi. Sedangkan biaya pengobatan cukup mahal, sehingga ia memilih untuk pulang tanpa membeli obat pain killer.

4. Tidak Melupakan Tanah Air

Kepulangan Chef Juna seolah memberi pesan kepada siapapun yang pernah mengenyam pendidikan tinggi di luar negeri agar tidak lupa untuk berkarya di negerinya sendiri. Meskipun ia pernah gagal membangun restoran bernama Correlatte yang hanya berjalan satu tahun, ia membuktikan dirinya tetap eksis dengan kemampuannya sebagai koki andal yang masih dibutuhkan ajang MasterChef Indonesia seperti sekarang ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *